Kehadiran TK “Belajar Mandiri” di lingkungan pra sejahtera telah menghadirkan cerita tersendiri bagi murid-murid maupun bagi keluarganya. Dari program Belajar-Mengajar, Karya Wisata, Unit Kesehatan Sekolah (UKS) maupun hal lainnya. Berikut ini adalah beberapa kisah berdasarkan pengalaman dari Orang Tua dan Murid TK “Belajar mandiri” :
Sofian – TK “Belajar Mandiri” (Rawa Bebek )
Pada bulan Agustus 2011, melalui pemeriksaan kesehatan siswa di TK “Belajar Mandiri” Rawa Bebek, Sofian murid TK B sudah sebulan lamanya di dalam telinganya kemasukan mainan kecil dari plastik.
Orang tua tidak dapat membawa ke Rumah Sakit karena faktor biaya. “Saya tidak punya pekerjaan, istri saya juga buruh kasar, jadi saya tidak sanggup membawa Sofian ke dokter, jadi benda itu ada ditelinganya selama sebulan”.
Sofian lalu dibawa ke Rumah Sakit untuk diobati atas biaya Yayasan Bina Mandiri Indonesia. Orang tua Sofian sangat bersukacita. “Saya sangat berterimakasih kepada Yayasan, karena memperhatikan kondisi kesehatan anak saya, sehingga kami dari keluarga yang tidak mampu bisa menyekolahkan anak. Juga anak-anak kami jadi sehat, semoga Tuhan membalas kebaikan Yayasan”.
Ibu Lin Marwati (orang tua Alisya) – TK “Belajar Mandiri” (Cipinang)
Mulai tahun ajaran 2011/2012 TK “Belajar Mandiri” area Cipinang dipindahkan ke lokasi yang lebih luas dan nyaman namun cukup jauh dari lokasi TK sebelumnya. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat orang tua dan murid untuk tetap sekolah di lokasi sekolah yang baru.
Lin Marwati (orang tua Alisya murid TK B) tetap semangat mengantar jemput Alisya. ”Saya tidak memindahkan anak saya ke TK lain, karena saya lihat TK “Belajar Mandiri” berbeda dengan TK lain. Pelajarannya bagus, kegiatannya banyak, biayanya juga sangat murah, anak-anak juga banyak mengalami perubahan baik. Semenjak sekolah di sini, Alisya jadi anak yang baik, taat, rajin berdoa, sopan dan mandiri, jadi walaupun agak jauh saya mau Alisya tetap sekolah di TK Belajar Mandiri”.
Ibu Marta (orang tua Welma) – TK “Belajar Mandiri” (Sunter)
Pada TK “Belajar Mandiri” area Sunter terdapat beberapa murid TK yang diberikan subsidi dari Yayasan karena pendapatan orang tua yang amat minim.
Marta (orang tua murid Welma) adalah orang tua tunggal, yang bekerja sebagai tukang cuci harian dengan pendapatan yang tidak tetap “Anak saya 3 orang, saya juga belum tentu dapat cucian setiap hari. Untuk biaya sehari-hari saya masih dibantu oleh kakak saya.
Karena keadaan saya yang tidak mampu, pihak sekolah menolong saya berupa subsidi baju seragam, buku paket, uang gedung. Jadi biaya sekolah Welma sangat murah sekali, dan bisa dicicil. Saya sangat bersyukur, mudah-mudahan Tuhan membalas semua kebaikan pihak sekolah dan Yayasan”.
Chandra (adik dari Sri Dewi) – TK “Belajar Mandiri” (Tanah Merah)
Sri Dewi (TK B area Tanah Merah) dan keluarganya tinggal didaerah pembuangan sampah daerah Tanah Merah. Pada saat kegiatan UKS di sekolah, Ibu dari Sri Dewi yang bekerja sebagai pemulung membawa serta anaknya yang lain bernama Chandra (14 bulan) ke sekolah.
Melihat kondisi Chandra yang sangat memprihatinkan, maka Guru yang bertugas meminta dokter yang sedang bertugas untuk memeriksa kondisi Chandra.
Walapun Chandra bukan siswa TK Mandiri, namun melihat kondisi kesehatan dan keluarga Sri Dewi, maka Yayasan memberikan tindakan peningkatan gizi, berupa pemberian vitamin dan susu secara rutin kepada Chandra.
Ibu Sri Dewi memberi kesaksian tentang ini, “Saya sangat berterimakasih pada pihak sekolah. Anak saya Chandra memang sakit sejak lahir, sehingga dia kurus sekali dan kata dokter sekolah kurang gizi. Ternyata pihak sekolah langsung menolong saya, walaupun anak saya Chandra bukan siswa di Tk, tapi karena Sri kakaknya sekolah di TK Mandiri, jadi Chandra juga bisa tertolong. Anak saya sekarang bisa minum susu setiap hari”.
Alvin Dwi Syaputra – TK “Belajar Mandiri” (Kebun Sayur)
Pada bulan Agustus 2011, 183 siswa TK “Belajar Mandiri” dari area Nalo, Sunter, Kebun Sayur dan Rawa Bebek melakukan karyawisata ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Siswa dibawa mengunjungi rumah-rumah adat yang mewakili wilayah-wilayah Indonesia. Alvin Dwi Syaputra (siswa TK B Kebun Sayur) mengungkapkan perasaannya dalam bukunya sebagai berikut “Aku senang sekolah di TK “Belajar Mandiri” karena aku jadi bisa mengunjungi TMII. Aku bisa lihat rumah-rumah adat yang ada di Indonesia, tidak harus pergi jauh-jauh. Aku juga jadi bangga menjadi bangsa Indonesia, meskipun berbeda suku dan agama tapi tetap satu juga”.