Tuesday, November 8, 2011

Sepatu untuk Widiana dan Sabila

TK Belajar Mandiri area Kalibaru dimulai awal tahun ajaran 2011-2012. Dengan latar belakang mata pencaharian masyarakatnya adalah buruh, penarik becak dan nelayan. Widiana dan Sabila adalah murid TK Belajar Mandiri Kalibaru.  Mereka merasa berbeda dengan teman-temannya yang lain, karena mereka tidak memiliki sepatu untuk dipakai ke sekolah.
Berikut adalah kesaksian dari Widiana dan Sabila :
  
      Widiana Yulianti (TK A Kalibaru) dan orang tuanya Hernawati merasa sangat senang dengan pemberian sepatu dari YBMI. “Suami saya bekerja sebagai buruh gali pasir, saya sendiri momong anak-anak tetangga. Penghasilan kami hanya 4 ribu perhari, jadi kami ga sanggup beli sepatu buat Widi. Selama ini Widi ke sekolah memakai sandal, saya kurang mampu membeli sepatu, biaya hidup sehari-hari saja kurang. Setelah dapat sepatu, anak saya tidak mau absen masuk sekolah, karena merasa seperti anak-anak lain yang punya sepatu. Terimakasih Ibu Guru...”.


Pekerjaan orang tua Sabila (TK A Kalibaru) yang hanya bekerja sebagai penarik becak dan kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya membuat impian Sabila untuk bersepatu ke sekolah menjadi sangat sulit diwujudkan. Faria (orang tua Sabila) menyatakan selama ini Sabila selalu kesekolah dengan sandal, “ dengan adanya bantuan sepatu buat anak saya, kami sangat berterimakasih karena sudah dibantu untuk melengkapi kebutuhan sekolah yang saya belum bisa membelinya sendiri”.

Friday, October 21, 2011

Karya Wisata TK “Belajar Mandiri” Ke TMII ( 4 Okt 2011 )

Tanggal 4 Oktober 2011 sebanyak 229 siswa dari Cipinang, Tangerang, Kranggan, Pondok Gede, Rawa Sengon, Tanah Merah dan Kalibaru melakukan kegiatan karyawisata ke Taman Mini Indonesia Indah. Karya wisata kali ini membawa siswa-siswi untuk melihat rumah-rumah adat di Indonesia. Elisa Rahayu orang tua dari Cika (TK B Tanah merah) pun merasa sangat senang dengan adanya kegiatan karya wisata ini “waktu pulang Cika cerita sangat senang dan gembira bisa belajar dan bermain bersama teman-temannya sambil melihat-lihat pemandangan. Saya sendiri merasa tour ini sangat berguna sekali menambah wawasan buat anak-anak, seperti ke TMII kemarin Cika bisa melihat-lihat rumah adat, patung dan yang lain-lain”.




Syifa Azzahra (Rawa Sengon – TK B)

Kesaksian yang Syifa ceritakan kepada saya yaitu anak saya merasa sangat senang berjalan-jalan ke TMII, karena ini merupakan pengalaman pertama anak saya ke tempat ini. Disana mereka melihat rumah-rumah adat, badut, kereta gantung, patung-patung.

Mereka juga bertemu dengan sekelompok turis dan merekapun berjabat tangan, sungguh pengalaman yang berkesan untuk syifa.

Sayapun mengucapkan terima kasih kepada Yayasan TK “Belajar Mandiri” telah mengajak anak saya ke tempat tersebut. Dan tak lupa kamipun mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh guru-guru TK “Belajar Mandiri” rawa sengon karena telah menjaga anak saya.
Dari Ibu Emi Mariati (orang tua murid).

Dika (Pondok Gede – TK B)

Pada hari selasa (4 Oktober 2011), TK “Belajar Mandiri” temapat dimana Dika sekolah mengadakan Study Tour ke TMII. Dika dan teman-teman diajak oleh bu Guru untuk mengunjungi beberapa rumah adat tersebut. Salah satunya rumah adat panggung yang di cat merah, didalamnya ada patung laki-laki dan perempuan, kakek dan nenek, pakaian adat dan kurung batang. Setelah itu diajak lagi masuk kesebuah gedung. Yang disana ada beberapa patung yang menggambarkan proses melahirkan yang ditutupi / yang dilindungi kaca, dan anak-anak diberi pengarahan oleh bu Guru agar tidak memegang kaca karena takut pecah.

Selain itu Dika juga melihat ada kereta api, kereta gantung, ada juga atraksi hiburan topeng monyet dan badut.
Demikian yang diceritakan Dika selama Study Tour ke TMII, sebagai orang tua, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang mengadakan study tour, terutama kepada para ibu Guru yang sudah menjaga, membimbing dan member pengarahan kepada Dika.


Monday, September 26, 2011

Apakah Anda bersedia menjadi perubah bangsa ini ?

Tahukah Anda bahwa pada tahun 2011, diperkirakan sekitar 11.5 juta anak di Indonesia tidak dapat menikmati Pendidikan Usia Dini - www.paud.depdiknas.go.id/index.php/menu-utama/berita


Tahukah Anda bahwa berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, dari sekitar 28.5 juta balita di Indonesia, masih terdapat 3.7 juta balita yang mengalami kurang gizi dan sekitar 1.4 juta balita mengalami gizi buruh - www.healthkompas.com/read/2011/2012

Tahukah Anda bahwa pada tahun 2014 diperkirakan masih terdapat 8.3 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati Pendidikan Anak Usia Dini ? - www.paud.depdiknas.go.id/indes.php/menu-utama/berita

Jika Anda ingin membuat perubahan untuk mereka, mari bergabung bersama Yayasan Bina Mandiri Indonesia untuk melahirkan generasi baru yang cerdas, sehat dan berkarakter.

Kisah TK “Belajar Mandiri” bagi murid dan keluarganya.

Kehadiran TK “Belajar Mandiri” di lingkungan pra sejahtera telah menghadirkan cerita tersendiri bagi murid-murid maupun bagi keluarganya. Dari program Belajar-Mengajar, Karya Wisata, Unit Kesehatan Sekolah (UKS) maupun hal lainnya. Berikut ini adalah beberapa kisah berdasarkan pengalaman dari Orang Tua dan Murid TK “Belajar mandiri” :




Sofian – TK “Belajar Mandiri” (Rawa Bebek )

                Pada bulan Agustus 2011, melalui pemeriksaan kesehatan siswa di TK Belajar Mandiri Rawa Bebek, Sofian murid TK B sudah sebulan lamanya di dalam telinganya kemasukan mainan kecil dari plastik.

Orang tua tidak dapat membawa ke Rumah Sakit karena faktor biaya. Saya tidak punya pekerjaan,  istri saya juga buruh kasar, jadi saya tidak sanggup membawa Sofian ke dokter, jadi benda itu ada ditelinganya selama sebulan”.

Sofian lalu dibawa ke Rumah Sakit untuk diobati atas biaya Yayasan Bina Mandiri Indonesia. Orang tua Sofian sangat bersukacita. “Saya sangat berterimakasih kepada Yayasan, karena memperhatikan kondisi kesehatan anak saya, sehingga kami dari keluarga yang tidak mampu bisa menyekolahkan anak. Juga anak-anak kami jadi sehat, semoga Tuhan membalas kebaikan Yayasan”.




Ibu Lin Marwati (orang tua Alisya) – TK “Belajar Mandiri” (Cipinang)

Mulai tahun ajaran 2011/2012 TK “Belajar Mandiri” area Cipinang dipindahkan ke lokasi yang lebih luas dan nyaman namun cukup jauh dari lokasi TK sebelumnya. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat orang tua dan murid untuk tetap sekolah di lokasi sekolah yang baru.

Lin Marwati (orang tua Alisya murid TK B) tetap semangat mengantar jemput Alisya. ”Saya tidak memindahkan anak saya ke TK lain, karena saya lihat TK “Belajar Mandiri” berbeda dengan TK lain. Pelajarannya bagus, kegiatannya banyak, biayanya juga sangat murah, anak-anak juga banyak mengalami perubahan baik. Semenjak sekolah di sini, Alisya jadi anak yang baik, taat, rajin berdoa, sopan dan mandiri, jadi walaupun agak jauh saya mau Alisya tetap sekolah di TK Belajar Mandiri”.





Ibu Marta (orang tua Welma) – TK “Belajar Mandiri” (Sunter)

Pada TK “Belajar Mandiri” area Sunter terdapat beberapa murid TK yang diberikan subsidi dari Yayasan karena pendapatan orang tua yang amat minim.

Marta (orang tua murid Welma) adalah orang tua tunggal, yang bekerja sebagai tukang cuci harian dengan pendapatan yang tidak tetap “Anak saya 3 orang, saya juga belum tentu dapat cucian setiap hari. Untuk biaya sehari-hari saya masih dibantu oleh kakak saya.

Karena keadaan saya yang tidak mampu, pihak sekolah menolong saya berupa subsidi baju seragam, buku paket, uang gedung. Jadi biaya sekolah Welma sangat murah sekali, dan bisa dicicil. Saya sangat bersyukur, mudah-mudahan Tuhan membalas semua kebaikan pihak sekolah dan Yayasan”.





Chandra (adik dari Sri Dewi) – TK “Belajar Mandiri” (Tanah Merah)

Sri Dewi (TK B area Tanah Merah) dan keluarganya tinggal didaerah pembuangan sampah daerah Tanah Merah. Pada saat kegiatan UKS di sekolah, Ibu dari Sri Dewi yang bekerja sebagai pemulung membawa serta anaknya yang lain bernama Chandra (14 bulan) ke sekolah.
Melihat kondisi Chandra yang sangat memprihatinkan, maka Guru yang bertugas meminta dokter yang sedang bertugas untuk memeriksa kondisi Chandra.
Walapun Chandra bukan siswa TK Mandiri, namun melihat kondisi kesehatan dan keluarga Sri Dewi, maka Yayasan memberikan tindakan peningkatan gizi, berupa pemberian vitamin dan susu secara rutin kepada Chandra.
Ibu Sri Dewi memberi kesaksian tentang ini, “Saya sangat berterimakasih pada pihak sekolah. Anak saya Chandra memang sakit sejak lahir, sehingga dia kurus sekali dan kata dokter sekolah kurang gizi. Ternyata pihak sekolah langsung menolong saya, walaupun anak saya Chandra bukan siswa di Tk, tapi karena Sri kakaknya sekolah di TK Mandiri, jadi Chandra juga bisa tertolong. Anak saya sekarang bisa minum susu setiap hari”.




Alvin Dwi Syaputra – TK “Belajar Mandiri” (Kebun Sayur)

Pada bulan Agustus 2011, 183 siswa  TK “Belajar Mandiri”  dari area Nalo, Sunter, Kebun Sayur dan Rawa Bebek melakukan karyawisata ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Siswa dibawa mengunjungi rumah-rumah adat yang mewakili wilayah-wilayah Indonesia. Alvin Dwi Syaputra (siswa TK B Kebun Sayur) mengungkapkan perasaannya dalam bukunya sebagai berikut “Aku senang sekolah di TK “Belajar Mandiri” karena aku jadi bisa mengunjungi TMII. Aku bisa lihat rumah-rumah adat yang ada di Indonesia, tidak harus pergi jauh-jauh. Aku juga jadi bangga menjadi bangsa Indonesia, meskipun berbeda suku dan agama tapi tetap satu juga”.

Wednesday, September 7, 2011

Karya Wisata TK "Belajar Mandiri" Ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Wajah antusias dan ceria menghiasi keberangkatan murid-murid TK “Belajar Mandiri” ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 9 Agustus 2011 yang lalu, untuk melakukan program Study Tour pertama mereka di awal tahun ajaran baru 2011-2012 ini.
4 (empat) area TK “Belajar Mandiri” yang terlibat kali ini adalah :
-   Area Nalo                   42 murid
-   Area Kebun Sayur       32 murid
-   Area Sunter                35 murid
-   Area Rawa Bebek       32 murid
Total                141 murid.

Kunjungan diawali dengan mengunjungi beberapa rumah adat, seperti : Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Nangroe Aceh Darrusalam dll. Di tempat itu mereka juga diperkenalkan dengan kebudayaan dan sejarah dari daerah tersebut. Tanpa lelah mereka semua bertanya dan mendengarkan Ibu Guru dalam menjelaskan semua informasi yang ada, bahkan ketika sudah waktunya untuk kembali pulang merekapun masih ingin mengunjungi beberapa lokasi lagi.

Berikut ini adalah beberapa kisah dari murid TK “Belajar Mandiri” yang mengikuti Study Tour ke TMII :

Dhea (TK B - TK “Belajar Mandiri” area Kb. Sayur)
Pada hari Selasa, aku pergi ke Taman Mini bersama teman-teman TK “Belajar Mandiri” lainnya. Saya senang diajak ke Taman Mini. Karena disana saya diajak melihat rumah adat, seperti rumah adat Batak, Padang, Aceh dan masih banyak lagi. Saya juga melihat pesawat, kereta gantung dan senjata jaman dulu. Terima kasih Ibu Guru..

Vincent (TK A – TK “Belajar Mandiri” area Rawa Bebek)
Vien pergi dengan teman-teman naik bis. Sampai di Taman Mini, Vien bertemu teman-teman TK “Belajar Mandiri” yang lain. Di Taman Mini, Vien lihat patung gajah, kuda, singa dan harimau. Vien dan teman-teman juga naik keatas patung singanya.
Vien juga diajak ke rumah-rumah adat, disana ada senjata jaman dulu dan ada tempat duduk Raja dan Ratunya. Tapi Vien nggak boleh duduk disana..  Terus, Vien juga diajak muter-muter keliling Taman Mini. Liat kereta gantung yang jalannya pelan-pelan. Selesai makan, Vien sama teman-teman pulang. Kapan-kapan pengen balik ke Taman Mini lagi ah.. Terima kasih Ibu Guru..

Tuesday, August 23, 2011

Pengecatan TK "Belajar Mandiri"


Yayasan Bina Mandiri Indonesia melalui “Program Peduli Anak Prasejahtera bekerjasama dengan PT. ICI Paints Indonesia (DULUX) melakukan pengecatan bangunan sekolah TK “Belajar Mandiri” dan juga PT. Sau Yunan Cipta Selaras (Megacoat) melakukan pengecatan meja dan kursi untuk TK “Belajar Mandiri”.
Adapun data sekolah yang dilakukan pengecatan adalah :
No.
Area TK “Belajar Mandiri”
Pengecatan
Pengecat
1
Nalo (Pademangan – Jak Ut)
Bangunan + 27 set Kursi Meja
Gereja Abbalove di Belleza (15 orang)
2
Kb. Sayur (Ancol – Jak Ut)
Bangunan + 25 set Kursi Meja
Siswa SMA Tunas Bangsa (17 orang)
3
Rw. Bebek (Penjaringan – Jak Ut)
Bangunan + 20 set Kursi Meja
Gereja Abbalove di Pluit (12 orang)
4
Rw. Sengon (Klp. Gading – Jak Ut)
Bangunan + 50 set Kursi Meja
Kedutaan Besar Amerika (30 orang)
5
Kranggan (Jatisampurna – Bekasi)
Bangunan + 28 set Kursi Meja
PT. V-Kool Indo Lestari (10 orang)
6
Pd Gede (Jatisampurna – Bekasi)
Bangunan + 27 set Kursi Meja
PT. V-Kool Indo Lestari (10 orang)
7
Cipinang (Kb. Nanas – Jak Tim)
25 set Kursi Meja
Gereja Abbalove di Timur (7 orang)
8
Selapanjang (Tangerang)
Bangunan
Tim Langkah Kasih (15 orang)

Pengecatan seluruh TK “Belajar Mandiri” dilakukan ketika masa liburan sekolah, yaitu sejak tanggal 5 Juni 2011 - 9 Juli 2011. Pengecatan ini diharapkan dapat menambah semangat seluruh siswa TK “Belajar Mandiri” dalam melaksanakan kegiatan “belajar mengajar”.







Terima kasih untuk para donatur dan semua pihak yang terlibat, sehingga pengecatan TK "Belajar Mandiri" dapat terlaksana

Monday, August 22, 2011

Kisah Sukses TK "Belajar Mandiri"

TK “Belajar Mandiri” adalah salah satu program pendidikan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Mandiri Indonesia sejak tahun 2000 untuk membantu anak-anak prasejahtera mendapat pendidikan anak usia dini (PAUD).
Sejak hadirnya TK "Belajar Mandiri" di tengah-tengah lingkungan masyarakat prasejahtera, TK "Belajar Mandiri" telah membawa sesuatu yang berdampak positif bagi anak-anak didiknya. Berikut ini adalah beberapa cerita sukses dari siswa serta alumni TK "Belajar Mandiri" :

TK “Belajar Mandiri” Area Pondok Gede (Bekasi)
Asti Haryati (Guru TK “Belajar Mandiri”)
TK “Belajar Mandiri” di area Pondok Gede banyak menghasilkan murid-murid yang berprestasi. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya lingkungan sekitar untuk mendaftarkan anak-anak mereka untuk bersekolah di TK “Belajar Mandiri”.
Karena setiap lulusan TK “Belajar Mandiri” sebagian besar sudah bisa “CALISTUNG” (baca, tulis dan berhitung). Hal ini terbukti dengan setiap lulusan dari TK “Belajar Mandiri” rata-rata mendapat peringkat 10 besar di SD tempat mereka melanjutkan pendidikan SD.
Contohnya di SD Jati Rangga 1 (Kranggan – Bekasi). Peringkat 1-3 di kelas 1 diraih oleh lulusan dari TK “Belajar Mandiri” :
Peringkat 1         :  Fazanur Salsabila.
Peringkat 2         :  Bido Febrian.
Peringkat 3         :  Heri Wahyudi.
Bukan hanya itu di sekolah yang berbeda lulusan TK “Belajar Mandiri” juga masuk peringkat 10 besar. Misalnya : Ari Adi Wijaya mendapat peringkat 1 di SD Jati Rangga 4 (Kranggan), Yuriska mendapat peringkat 10 besar di Jati Rangga Pasar (Kranggan). Dengan adanya bukti tersebut, TK “Belajar Mandiri” telah menghasilkan murid-murid berprestasi.

TK “Belajar Mandiri” Area Rawa Sengon (Jakarta)
Evi Grace (Guru TK “Belajar Mandiri”)
Prasetyo (Pras) adalah alumni TK “Belajar Mandiri” yang saat ini sudah kelas 6 SD, ia mendapatkan prestasi yang membanggakan. Semenjak lulus dari TK “Belajar Mandiri” Pras telah pandai membaca dan berhitung. Sehingga ketika masuk SD, Pras jadi anak yang paling pandai, karena pada saat itu banyak teman-temannya yang belum bisa membaca dan berhitung. Pras juga dengan mudah menyerap ilmu yang diberikan oleh gurunya, karena sudah ada pembekalan dari TK.
Prasetyo semenjak kelas 1 SD selalu mendapatkan peringkat 1 hingga dia naik kelas 6 SD. Orangtua Pras pun mengatakan, “semua itu didapat dari pembekalan semenjak belajar di TK “Belajar Mandiri”.
TK “Belajar Mandiri” memberikan kualitas terbaik walaupun dengan biaya yang murah.

TK “Belajar Mandiri” Area Nalo (Jakarta)
Oktavia (Guru TK “Belajar Mandiri”)
Dengan adanya TK “Belajar Mandiri” di daerah Nalo Pademangan ini, banyak keluarga prasejahtera merasa sangat senang dan tertolong.
Misalnya keluarga Bp Edi (orangtua dari Ainun – TK A) yang bekerja sebagai Tukang Parkir sedangkan istrinya (Ibu Muniroh) sebagai ibu rumah tangga. Mereka  memiliki 7 orang anak dan termasuk keluarga prasejahtera. Mereka berpendapat biaya pendidikan TK itu mahal dan hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kaya saja, sehingga mereka tidak tahu akan menyekolahkan anaknya dimana. Terlebih syarat untuk masuk SD, seorang anak harus bisa membaca, menulis dan berhitung. 
Namun dengan adanya TK “Belajar Mandiri”, orang tua Ainun merasa sangat tertolong. Selain telah menghasilkan murid-murid berprestasi, biayanya juga murah dan bisa dicicil. Dengan begitu, sekalipun termasuk keluarga prasejahtera, anaknya bisa mendapatkan dan merasakan bersekolah di TK. Untuk persiapan anaknya masuk ke SD.