Pada tahun 2012, diperkirakan di Indonesia terdapat 30,3 juta anak berusia antara 0-6 tahun. Dari jumlah tersebut ditargetkan 19,9 juta dapat mengikuti sekolah TK / PAUD (www.paud.depdiknas.go.id). Itu berarti masih akan terdapat lebih dari 10 juta anak yang tidak akan menikmati pendidikan PAUD atau TK. Sebuah jumlah yang besar1 Bagaimana kita menjawab tantangan ini?
Yayasan Bina Mandiri Indonesia telah melayani masyarakat pra sejahtera lebih dari 11 tahun salah satunya adalah pelayanan yang bersifat strategis yaitu penyelenggaraan sekolah formal TK bagi anak – anak masyarakat pra-sejahtera. Sampai Tahun 2011 YBMI sudah mengelola 12 TK Belajar Mandiri di Jabotabek (Sunter, Tanah Merah, Kalibaru, Kranggan, Pondok Gede, Cipinang, Tangerang, Cilincing, Rawa Sengon, Kebun Sayur, Rawa Bebek, Nalo) 5 buah TK di Nias dan 2 buah TK di Kupang. TK yang diselenggarakan ini menggunakan kurikulum nasional ditambah dengan pendidikan karakter dan perbaikan kesehatan / gizi bagi para siswa.
Tingginya Angka Kurang Gizi
Melayani anak-anak pra sejahtera tidak akan terlepas dari masalah kesehatan dan kurang gizi. Berdasarkan pemeriksaan di Bulan April 2011 sebanyak 60% siswa TK Belajar Mandiri di Jakarta mengalami kurang gizi dan gizi buruk. Jika merujuk pada standar WHO, angka tersebut tergolong sangat parah (> 30%). Berdasarkan data ini maka diluncurkan program peningkatan status gizi siswa yaitu program “Minum susu dan minum vitamin” yang dilakukan setiap hari di sekolah. Didukung oleh sponsor produk susu terkemuka, program ini berhasil meningkatkan 50% lebih jumlah siswa yang kurang gizi tersebut menjadi gizi baik dalam waktu 2 bulan.
Salah satu orang tua murid bernama Nadia Gultom (Siswa TK A Pondok Gede) memberikan respon, ”Terima kasih untuk Yayasan TK Mandiri sudah memberikan pengobatan gratis dan minum susu untuk anak-anak TK. Sebelum masuk TK, Nadia susah makan, sesudah bersekolah di TK Belajar Mandiri Nadia mengalami banyak perkembangan. Ditambah lagi minum susu setiap hari di sekolah. Anak saya tambah pintar dan segar. Terima kasih Yayasan Mandiri sudah memberikan yang terbaik buat anak-anak kami”.
Selain masalah gizi, masalah kesehatan para siswa TK Belajar Mandiri juga sangat memprihatinkan. Faktor kemiskinan membuat para orang tua sulit membawa anak – anaknya untuk mendapatkan akses kesehatan. YBMI menjalankan program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di setiap sekolah berupa pemeriksaan kesehatan badan dan gigi secara rutin agar semua siswa mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis.
“Kami Membangun Karakter Anak”
Anak-anak pra-sejahtera yang rata-rata tinggal di kawasan kumuh terbiasa dengan lingkungan yang kasar dan jauh dari sopan santun. Akibatnya merekapun menjadi terbiasa berbicara dan bertindak kasar dan tidak sopan. Guru di TK Belajar mandiri mempunyai tanggung jawab untuk tidak hanya sekedar mengajar kurikulum namun juga membentuk karakter anak.
Tahun 2011, YBM membuka TK baru di kawasan Tanah Merah yang mayoritas orang tua siswa adalah kaum pemulung. Salah satu tantangan adalah karakter anak anak yang baru masuk sekolah ini. Menurut Karmiyati (Guru TK Tanah Merah) seluruh siswa Tanah Merah sangat susah diatur, tidak tertib dan sering berkata-kata tidak sopan, “Awalnya saya stress dalam mendidik anak-anak ini karena mereka sulit sekali diatur. Tapi saya selalu bersabar dan mendoakan murid-murid saya. Dalam 6 bulan sudah terjadi perubahan dalam diri murid-murid saya. TK ini memang berada disini untuk membangun karakter anak”. Orang tua Siti Rumyati (TK A Tanah Merah) berkomentar, “Dulu anak saya sering berbicara kasar, melawan orang tua. Yah, begitulah kondisi tinggal disini, susah untuk berubah. Tapi sejak sekolah di TK Belajar Mandiri Siti banyak mengalami perubahan. Sekarang dia jadi lebih sopan, lebih tertib dan lebih hormat kepada orang tua”.
Karyawisata yang memberikan inspirasi.
Siswa TK Belajar mandiri mendapat kesempatan 4 kali berkaryawisata dalam setahun. Ada tujuan strategis bagi siswa yang ingin dicapai melalui program ini, yaitu memberikan inspirasi dan menumbuhkan mimpi bagi siswa saat mereka berkaryawisata. Lewat karyawisata ini siswa akan melihat ada dunia lain di luar lingkungan mereka sehari hari yang kumuh dan tidak bersahabat. Mereka akan mulai memperluas wawasan dan mimpi ditaburkan. Mimpi untuk menjadi sesuatu yang berbeda dari yang mereka lihat sehari – hari. Kita harapkan mimpi ini akan mereka pegang dan menjadi landasan untuk mereka bercita-cita bagi masa depan mereka. Program karyawisata ini juga merupakan pemenuhan salah satu hak anak yang dicantumkan dalam Konvensi PBB tahun 1989 yaitu hak mendapatkan rekreasi.
Pada bulan November 2011 seluruh siswa melakukan karyawisata ke Aquarium Air Tawar, Taman Burung dan Museum Serangga yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah. Pada kesempatan ini sebanyak 17 jemaat Ibadah Dycom Belezza ikut mendampingi. Rasa haru dan sukacita sangat terasa dalam karyawisata kali ini. Ramdani (siswa TK B Kebun Sayur) menuliskan dalam bukunya tentang pengalamannya “Saya senang karena sekolah mengajak kami jalan-jalan. Aku jadi bisa lihat ikan-ikan, burung….banyak sekali. Ditambah pula ada kakak-kakak baru yang menemani dan mengajari kami, sehingga kami bisa tahu lebih banyak lagi”.
Amelia – salah satu dari jemaat Dycom yang mendampingi berkomentar, “Hari yang luar biasa melihat dan menemani anak-anak YBM berkunjung ke TMII. Ada banyak cerita yang menyentuh hati saat melihat mereka. Misalnya ada anak yang hanya membawa ubi untuk makan siangnya. Wow..hati saya benar-benar terenyuh melihatnya. Saya juga merasakan bahwa anak-anak tersebut begitu mudah menerima saya. Mereka butuh kasih. Sebab ada anak yang bercerita ayahnya bekerja di Arab Saudi dan baru bertemu setelah anak itu berumur 6 tahun. Saat mendengarnya, saya tidak mampu berkata-kata. Meskipun masa kecil anak-anak itu memprihatinkan, mereka mampu memancarkan sukacita diwajah mereka. Saya berharap semoga kita bisa memiliki hati untuk generasi seperti mereka”. Kesaksian lain oleh Rahael Erdiana “Karyawisata TMII membuka mata saya. Lebih – lebih saat melihat mereka makan siang dengan bekal berupa mie instant dicampur nasi saja. Anak-anak terlihat gembira dan lahap meski lauk pauk sederhana. Ini membuat saya berpikir bahwa banyak hal yang masih dapat dikerjakan untuk mereka. Terlalu banyak kebutuhan yang perlu dijawab dan sudah bukan waktunya lagi bagi saya untuk hidup egois bagi diri sendiri. Setiap kali saya berusaha menyenangkan diri saya sendiri, itu berarti saya kehilangan satu kesempatan untuk memberkati orang lain”.
“Saya Punya Sepatu Baru”
Selain memperhatikan pendidikan dan karakter siswa, YBMI juga membuka mata terhadap keadaan siswa. Banyak dari para siswa yang bahkan untuk membeli sepatu pun tidak mampu, sehingga siswa datang ke sekolah dengan memakai sendal jepit. Program pemberian sepatu kepada siswa mendatangkan sukacita yang besar tidak hanya bagi siswa namun juga bagi orang tuanya.
Orang tua Widiana Yulianti (siswa TK A Kalibaru) memberikan sambutan, “Suami saya bekerja sebagai buruh gali pasir, saya sendiri bekerja dengan mengasuh anak-anak tetangga. Penghasilan kami sehari-hari hanya sekitar Rp. 4.000, jadi kami tidak sanggup membeli sepatu buat Widi. Selama ini Widi ke sekolah memakai sandal. Setelah mendapat sepatu, Widi senang karena bisa memakai sepatu seperti anak-anak lain dan bersemangat berangkat ke sekolah tanpa absen. Saya mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Bina Mandiri”.
Pergi dan Datang Kembali
Walaupun YBMI sudah mengelola TK Belajar Mandiri selama 11 tahun, namun membuka paradigma masyarakat mengenai pendidikan bukanlah hal yang mudah. Para orang tua masih mudah termakan iming iming sesuatu yang “gratis”.
Salah satu kejadian menarik terjadi di TK Belajar Mandiri di Kebun Sayur. Pada saat pembukaan TK jumlah siswa yang mendaftar memenuhi kapasitas maksimal yaitu 50 siswa. Tak lama kemudian, sebuah sekolah PAUD didirikan dekat dengan TK Kebun Sayur dengan iming-iming gratis alias tidak usah membayar uang sekolah. Akibatnya 10 orang siswa dipindahkan oleh orang tuanya dari sekolah TK Belajar Mandiri. Baru waktu berlalu beberapa anak datang mendaftar kembali ke TK Belajar Mandiri. Salah satunya adalah Maulana (TK B Kebun Sayur). Ayahnya bekerja sebagai pedagang keliling sedang ibunya mengurus rumah tangga saja. Kakak Maulana yang pertama dulu juga bersekolah di TK Belajar Mandiri Kebun Sayur dan sekarang sudah duduk di bangku SMP. “Saya sempat menarik Maulana dari TK Mandiri, tapi akhirnya saya mendaftar kembali. TK Mandiri itu mutunya paling baik, bayarannya terjangkau bagi saya masyarakat golongan bawah. Saya akui setelah sekolah di TK Mandiri anak saya lebih cepat membaca dan berhitung. Anak saya diajar hidup sehat baik sikat gigi maupun cuci tangan” ujar orang tua Maulana. Mereka berencana akan menyekolahkan anaknya yang ketiga di TK Belajar Mandiri juga. “Semoga TK Kebun Sayur terus berdiri, biar anak saya yang ketiga bisa sekolah disini juga. Karena anak-anak saya sejak sekolah disini jadi anak yang taat, sopan, jujur…ya jadi baiklah”, harapnya dengan sangat.
Sahabat dalam Berkarya
Pelayanan pendidikan yang sudah berjalan selama 11 tahun ini tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan dana baik dari jemaat Abbalove melalui dana misi BIT The World maupun dari para donatur baik dari perusahaan maupun pribadi. Terima kasih kepada semua jemaat yang terlibat BIT The World, karena dana yang disalurkan sudah membuka kesempatan bagi para siswa untuk memperoleh pendidikan dini yang menjadi landasan mereka bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Kesempatan Harus Tetap Ada Buat Mereka
Situasi ekonomi, sosial maupun politik di negeri ini semakin membuat masyarakat pra-sejahtera terpinggirkan dan terampas hak – hak mereka. Walaupun demikian, pelayanan yang dilakukan YBMI bersama dengan para mitra serta donatur dapat tetap memberikan peluang dan hak yang sama bagi anak – anak dari masyarakat pra-sejahtera untuk mendapatkan pendidikan yang berguna bagai pembentukan masa depan mereka.
No comments:
Post a Comment